Jejakbede.online - Janjang Koto Gadang merupakan destinasi wisata berbentuk seperti tembok Cina namun dalam skala lebih kecil. Janjang artinya tangga dalam bahasa Minang.
Letaknya di seberang Taman Panorama Lobang Jepang Bukittinggi. Lobang Jepang sendiri merupakan salah satu destinasi wisata andalan Bukittinggi setelah Jam Gadang tentunya.
Antara The Great Wall Koto Gadang ini dengan Lobang Jepang tersebut dan juga wilayah lainnya dari Bukittinggi dipisahkan oleh Ngarai Sianok dengan kedalaman berkisar 80-90 meter.
Janjang Koto Gadang yang bertanda panah merah dan Lobang Jepang yang di sisi kanan. Bagian tengah adalah rekahan alam yang dikenal dengan nama Ngarai Sianok |
Ngarai Sianok sendiri panjangnya sekitar 15 kilometer yang menjadi batas alam antara Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Panorama Ngarai Sianok Bukittinggi dari arah Puncak Janjang Koto Gadang |
Adapun Kota Gadang di mana The Great Wall ini berada masuk wilayah Kabupaten Agam. Koto Gadang adalah sebuah desa kecil namun telah melahirkan banyak tokoh besar nasional.
Great Wall Koto Gadang versus Janjang Saribu serta "Misinformasi" Traveler
Jika kita browsing mencari informasi tentang Janjang Koto Gadang atau The Great Wall Koto Gadang ini sering kita menemukan postingan traveler bahkan situs besar yang salah menjelaskan.
Banyak yang menganggap Janjang Koto Gadang dan Janjang Saribu adalah objek wisata yang sama. Sejatinya keduanya merupakan dua tempat yang berbeda.
The Great Wall Koto Gadang berada pada Nagari Koto Gadang Kab. Agam, sebelah barat daya dari seberang Lobang Jepang.
Adapun Janjang Saribu merupakan obyek wisata yang berada di Bukit Apit Bukittinggi, ke arah barat laut dari Lobang Jepang.
Keduanya sama-sama berada di Ngarai Sianok dan memang berupa tangga dengan anak tangga yang yang mencapai ratusan buah jumlah.
Perbedaan lokasi Janjang Koto Gadang dan Janjang Saribu |
Karenanya beberapa penulis yang tidak pernah ke sini akan menganggap keduanya objek wisata yang sama.
Secara lengkap dapat dibaca pada: https://travelspromo.com/htm-wisata/janjang-saribu-bukittinggi/
Bahkan jika pada Google Map kita mencari Janjang Saribu malah diarahkan pada The Great Wall Koto Gadang.
Cara Menuju The Great Wall Koto Gadang
Untuk menuju Janjang Koto Gadang kita bisa dari arah bawah di Ngarai Sianok maupun dari arah puncak di Koto Gadang.
Pada Google Map kedua akses dinamakan The Great Wall of Koto Gadang. Ini pastinya akan membingungkan wisatawan yang mengandalkan GPS.
Rute menuju Janjang Koto Gadang |
Jika kita ingin menyusuri The Great Wall Koto Gadang ini dari arah bawah, kita dapat menuju ke akses utama Bukittinggi - Ngarai Sianok. Sampai di belokan turunan dari Lobang Jepang terdapat jalan setapak, nomor 1 pada peta di atas.
Kita harus berjalan kaki sekitar 500 meter, kemudian menyeberangi sebuah jembatan di atas Ngarai Sianok untuk sampai di dasar Janjang Koto Gadang, seperti pada garis putus-putus berwarna kuning di atas.
Akses kedua, kita langsung ke puncak Janjang Koto Gadang. Tentunya harus menggunakan kendaraan bermotor.
Rutenya melewati pintu masuk pertama dekat turunan Lobang Jepang, kemudian kita terus mengikuti jalur utama tersebut menyeberangi Ngarai Sianok.
Jika mengikuti GPS, arahkan pada lokasi The Great Wall of Koto Gadang yang nomor 2 seperti pada peta di atas.
Bagian-bagian Janjang Koto Gadang
Saat saya berkunjung ke The Great Wall of Koto Gadang ini yang pertama kali saya masuk dari akses pertama (rute nomor 1). Namun ternyata jembatannya sedang diperbaiki sehingga kami tidak bisa lanjut sampai ke dasar Janjang Koto Gadang.
Jalan setapak menuju dasar Janjang Koto Gadang pada rute nomor 1 |
Pada kesempatan kedua, kami memutuskan untuk menyusuri The Great Wall-nya Koto Gadang dari arah puncak yaitu rute nomor 2. Di sini terdapat area parkir mobil yang luas.
Dari sisi kiri tempat parkir kita akan melihat gerbang masuk ke Janjang Koto Gadang ini.
Gerbang masuk Janjang Koto Gadang dari arah puncak |
Pada sisi kiri terdapat prasasti kecil yang menjelaskan salah tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Koto Gadang ini, yaitu Haji Agoes Salim. Tentang tokoh-tokoh terkenal dari Koto Gadang akan saya ulas pada bagian akhir.
Selepas gerbang ini, kita langsung disuguhi tangga menurun yang cukup curam. Desainnya memang mirip The Great Wall yang ada di Tiongkok.
Namun, ukuran The Great Wall Koto Gadang ini jauh lebih kecil. Terlihat seperti miniatur dari tembok besar Cina tersebut.
Bagian pertama dari arah puncak The Great Wall of Koto Gadang |
Bagian pertama dekat puncak dari arah bawah |
Jalur Janjang Koto Gadang ini terbagi dua. Dari arah puncak akan terdapat jalur ke kanan yang sepertinya khusus untuk spot foto saja.
Jalan menuju ke spot foto ini akan sedikit mendaki dan agak sedikit menyempit dibanding jalur utama dari puncak ke bagian dasar.
Jalur menuju spot foto pada Janjang Koto Gadang |
Jalur ke kanan Janjang Koto Gadang untuk spot foto |
Spot foto tersebut cukup luas yang dapat menampung 10 -20 orang. Kenampakannya seperti foto di atas. Saya mengambil gambarnya masih dari area parkiran di dekat gerbang di atas.
Pertigaan pada Janjang koto Gadang dari arah spot foto. |
Jika kita meneruskan perjalanan hingga ujung tangga di bagian bawah, kecuramannya juga masih sama seperti bagian pertama dekat puncak.
Jika sudah tiba di bagian ujung bawah, maka kita akan terhubung dengan jembatan yang menuju akses dari arah akses nomor 1 sebagaimana pada peta rute menuju Janjang Koto Gadang di atas.
Nagari Koto Gadang Yang Banyak Melahirkan Tokoh Nasional
Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki banyak pahlawan dan tokoh besar nasional. Sebut saja Imam Bonjol, Agoes Salim hingga Muhammad Hatta.
Baca juga:
Nah, khusus dari Nagari Koto Gadang saja yang hanya sebuah desa kecil di Kabupaten Agam, Sumatera Barat ini, pahlawan dan tokoh nasional yang berasal dari sini antara lain:
- Agus Salim, Menteri Luar Negeri Indonesia, Pahlawan Nasional
- Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Imam Besar Masjidil Haram Mekkah
- Emil Salim, Tokoh lingkungan hidup internasional
- Rohana Kudus, Jurnalis perempuan Indonesia pertama
- Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia, Pahlawan Nasional
Menurut Wikipedia, setidaknya ada 23 orang tokoh terkenal yang berasal dari Nagari Koto Gadang ini. Nagari ini juga terkenal sebagai penghasil kerajinan perak.
Sebelum adanya The Great Wall of Koto Gadang ini, jalur tersebut tersebut telah ada dan merupakan akses warga Nagari ke Bukittinggi sejak dahulu kala. Tentunya dulu masih berupa undakan tanah tanpa semen.
Di sana mereka menjual hasil pertanian dan juga berbelanja keperluan sehari-hari di Pasar Atas (Pasa' Ateh) Bukittinggi. Hal ini dapat kita baca pada laman Halizen Hoesin.
Pada saat itu sekolah lanjutan hanya ada di Bukittinggi. Anak-anak dari Nagari Koto Gadang saat itu pergi bersekolah ke Bukittinggi dengan melewati jalur ini.
Dapat kita bayangkan, saat ini saja meski sudah dibangun dengan konstruksi yang permanen, medan nya cukup sulit untuk dilalui. Bagaimana kehidupan pada zaman lampau yang harus melalui jalan ini?
Namun itu bukan halangan bagi Agoes Salim dan anak-anak Nagari Koto Gadang lainnya hingga akhirnya mereka berhasil menjadi cerdik pandai yang terkenal.
Halizen Hoesin menuliskan juga sebelum 2009 jalur Janjang Koto Gadang tersebut telah dibuat permanen namun kemudian rusak total karena gempa.
Kemudian atas inisiatif tokoh-tokoh Sumatera Barat yang dikoordinir Bapak Tifatul Sembiring, Janjang Koto Gadang dibangun kembali tanpa menggunakan anggaran negara atau juga kas daerah.
Pada 2013 Janjang Koto Gadang dengan konsep The Great Wall Tiongkok tuntas dibangun murni dari swadaya masyarakat, tokoh-tokoh asal Nagari Koto Gadang dan Sumatera Barat keseluruhan.
Begitulah sobat blogger, pengalaman kami menyusuri The Great Wall of Koto Gadang pada sebuah Nagari yang memiliki banyak tokoh terkenal.
waduh aku kok gak tahu ya, waktu ke bukitinggi hanay ke lobang jepang saja, wah rugi aku
BalasHapusBerarti ada dua great wall ya, di sini. Harus koreksi ke google map, tuh
BalasHapusWah, ternyata Agus Salim dan tokoh - tokoh penting lainnya dari kota Gadang, selama ini saya tahunya yang umum, Sumatra saja bang. Terima kasih ini hal baru untuk saya bang, ulasannya lengkap berasal dari tempat kejadian.
BalasHapusUps lupa maksudnya lubang Jepang, tempat persembunyian orang Jepang di Zaman penjajah kah?
Terakhir abang, lihat medan yang menguji 'energi para pubertas kedua' kwkkw, apakah masih melaju bang?
Gendung si buah hati pula, atau jangan - jangan post sebelumnya tentang bersepeda bagian dari persiapan untuk trip luar biasa ini bang hehehe...
Salam buat keluarga kecilnya bang, sukses selalu.
udah lama ngga ke bukit tinggi kangen kuliner-an sekitar jam gadang
BalasHapusWah iya tangganya mirip Great wall ya, saya ngebayangin dari foto saja sudah capek jalannya, apalagi ini kalau beneran sudah berjalan ke sana, warga Nagari keren ya sudah terbiasa jalan setapak seperti ini
BalasHapusMantep banget tuh mas, naik tangga sambil gendong anak, wkwkwkwk
BalasHapusYa ampun saya baru tau ada objek wisata bwgiru di Padang. Bisa dimasukin ke list nanti kalo main ke Padang.
cita cita bisa kesini pokoknya :D
BalasHapuslumayan juga ya kalo jalan kaki menyusuri anak tangganya
Saya tahun lalu cuma sempat ke Padang kotanya aja. Pengen juga menjelajah bagian Sumbar lainnya. Tapi kalau kesini kayaknya harus diap fisik yang fit. Takutnya pinggang jadi encok, wkwkw.
BalasHapus