Zakat Fitrah ini memang merupakan salah satu hal wajib yang ditunaikan hanya saat bulan Ramadhan saja. Di luar bulan Ramadhan tidak ada zakat fitrah.
Zakat fitrah ini wajib ditunaikan oleh seluruh jiwa bahkan bayi yang baru lahir di bulan Ramadhan. Tentunya bayi dan anak-anak ditunaikan oleh orang tuanya masing-masing.
Besarnya zakat fitrah adalah 3,5 liter beras atau 2,5 kg beras atau makanan pokok yang setara.
Waktu yang terbaik untuk melakukan pembayaran zakat fitrah ini adalah sebelum sholat Idul Fitri. Namun, tentunya waktunya sangat sempit.
Maka kemudian dianjurkan menunaikan zakat fitrah pada hari sebelum hari raya, agar panitia pengumpul lebih mudah dan cukup waktu menyalurkan kepada yang berhak.
Kebayangkan kalo misalnya semua umat muslim semuanya membayar pada zakat fitrah hanya pada saat sebelum sholat Idul Fitri, bagaimana para petugas punya cukup waktu untuk segera menyalurkannya kepada yang berhak menerima.
Panitia pengumpul zakat ini disebut amil zakat. Adapun kita yang terkena kewajiban zakat disebut muzakki.
Dalam hal pembayaran zakat fitrah, ada berbagai metode yang diterapkan oleh masing-masing penyelenggara atau pengumpul zakat fitrah.
Berikut pengalaman saya dalam menunaikan kewajiban sebagai muslim untuk membayar zakat fitrah tersebut.
1. Dipotong melalui jatah beras gaji
Ini dulu banget sampe akhir tahun 1990an. Para PNS dulu menerima jatah beras setiap bulan sebagai bagian dalam hak penghasilan.
Besarnya 10 kilogram perjiwa yang masuk tanggungan PNS. Jadi kalo seorang PNS memiliki seorang istri dan 3 orang anak, maka jatah berasnya adalah 50 kilogram.
Cerita terkait:
Maka pada saat gajian yang jatuh pada bulan Ramadhan, jatah beras para PNS sudah dipotong untuk zakat fitrah.
Tapi bapak saya merasa kurang afdhol cara ini, sehingga meski sudah terpotong melalui jatah beras, biasanya bapak saya tetap membayar ulang zakat fitrah ke masjid terdekat.
Menurut bapak saya, sehari-hari kami makan beras yang kualitasnya lebih baik, masak zakatnya dengan beras yang kualitas rendah.
Dulu emang sih beras jatah PNS tuh terkenal jelek banget kualitasnya. Untuk memasaknya harus dicuci dulu berulang-ulang sampe warna berasnya bisa terlihat putih. Belum lagi kotoran dan kutunya.
Jadinya bapak saya suka menjualnya kemudian membeli beras lain dengan kualitas yang lebih baik untuk dikonsumsi sehari-hari.
2. Menukar uang dengan beras
Maksudnya kita pergi membayar zakat fitrah ke amil zakat dengan membawa uang. Di sana uang kita nantinya akan ditukarkan dengan beras yang memang sudah disiapkan oleh panitia.
Jadi, saat kita menyerahkan untuk dicatat oleh panitia tersebut, zakat kita yang diterima oleh mereka sudah dalam bentuk beras.
Ini saya alami di salah satu masjid dekat kosan saat kuliah mengejar cita-cita di Jakarta, duluuu banget.
Ceritanya di sini:
Saya lupa jenis beras yang disiapkan panitia apa sesuai tingkatnya. Karena, jika muzakki sehari-hari makannya beras kualitas premium maka yang dizakatkan adalah beras kualitas premium juga atau yang setara dengan itu.
3. Membayar dalam bentuk uang
Sekarang banyak lembaga pengumpul zakat yang menerima pembayaran zakat fitrah dalam bentuk uang. Cara ini dirasa lebih praktis baik untuk pengumpulan maupun saat pembagian kepada yang berhak.
Nilainya mengacu kepada harga beras yang kita konsumsi sehari-hari. Jika kita mengkonsumsi beras yang harganya Rp15.000/kg maka zakat kita adalah 2,5kg kali nilai tersebut.
Jika tanggungan kita dalam keluarga sebanyak 4 jiwa termasuk diri kita, maka besar zakat fitrah adalah:
4 jiwa x 2,5 kg x Rp15.000 = Rp150.000
Biasanya pada setiap daerah sudah ditetapkan nilai harga beras masing-masing. Ada yang satu harga saja, namun ada pula yang menetapkan lebih dari satu harga, sesuai tingkat kualitas berasnya.
4. Membayar langsung ke penerima Zakat
Cara ini yang kami lakukan saat ini. Kebetulan di sekitar tempat tinggal kami saat ini cenderung menyalurkan zakat fitrah langsung ke penerima.
Kami menyalurkan dalam bentuk uang juga senilai dengan perhitungan di atas. Dulu-dulu pernah juga sih membayar zakat langsung ke penerima dalam bentuk beras.
Bagi kita yang punya cukup waktu silahkan saja menunaikan kewajiban menyalurkan zakat fitrahnya langsung ke penerima.
Cara ini mungkin memiliki kekurangan karena bisa saja distribusi zakat fitrah menjadi tidak merata kepada semua yang wajib menerima.
Misalnya dalam satu lokasi ada 10 orang yang berhak menerima. Namun, karena para muzakki hanya kenal 1-2 orang saja maka zakat fitrah hanya akan tersalur pada 1-2 orang saja.
Berbeda misalnya zakat fitrah tersebut dikelola oleh satu panitia amil zakat. Zakat fitrah yang terkumpul kemudian akan dibagi merata kepada ke sepuluh orang yang berhak menerima tersebut.
5. Membayar zakat fitrah secara daring
Saat baru pindah ke tempat tinggal saat ini kami sempat kesulitan saat hendak menyalurkan zakat fitrah.
Kami mengecek ke Masjid terdekat menanyakan panitia penerima zakat, tidak terlihat adanya kegiatan pengumpulan zakat.
Mau menyalurkan secara langsung kami belum kenal warga sekitar yang memang berhak menerima zakat fitrah.
Menu pembayaran Zakat Fitrah pada laman Dompet Dhuafa |
Akhir kami putuskan untuk membayar secara daring melalui Dompet Dhuafa. Cukup mudah dan praktis.
Baca juga:
Menu pada laman pengumpulan donasi online milik Dompet Dhuafa cukup bekerja dengan baik. Saat mengisi form hingga konfirmasi pembayaran terintegrasi penuh dan cukup sederhana.
Begitulah sobat, beberapa metode yang pernah kami lakukan saat menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah.
kalau aku seringnya langsung sih bang.. yang nomor 4 jadinya :D
BalasHapussekarang ini lebih praktis daring bang sejak pandemi
BalasHapuskadang masih berupa fisik beras juga
alhamdulillah masih diberi kesempatan berzakat di bulan ramdhan kemarin. Dan langsung sih saya bang sama seperti mbak Nita hihi
BalasHapusmembayar zakat fitrah secara daring menjadi metode bayar yang banyak dipilih karena tidak perlu bertatap muka.
BalasHapusPembayaran secara daring untuk saat ini sepertinya menjadi pilihan banyak orang ya mas, karena lebih praktis, nggak harus keluar rumah, nggak harus bawa2 berasa ataupun uang tunai.
BalasHapusWah saya telat baca ini, harusnya sebelum idul fitri kemarin hihi
BalasHapusKalau kami selalu kasih langsung, bawa beras ke masjid.
BalasHapusKalau di Buton, bawa beras di orang-orang tua gitu, nanti didoain, trus berasnya itu wajib dilebihkan, lebihnya itu dibawa pulang, dan dicampurin ke nasi yang akan kita masak hihihi :D
Aku selalunya kasih langsung ke orang yg berhak menerima mas. Kebetulan aku tinggal di daerah bukan komplek, JD msh banyaaaaak keluarga2 yg susah di sekitaran ku. Aku slalu ksh ke mereka. Biasanya 15-20 keluarga.
BalasHapusKalo via dompet dhuafa juga pernah, tp biasanya zakat penghasilan dan zakat harta. Aku slalu salurin ke sana. Beli kurban juga prnh dr dompet dhuafa. Bagus tuh mereka, dokumentasinya komplit kurbanku disalurin kemana.
kebetulan kalau kami bayarnya pakai uang saja, biar lebih simpel tidak perlu bawa-bawa karung beras. hihi :D
BalasHapusKalo aku selalu bayar tunai sih Bang
BalasHapusKe Gharin/panitia yang ada di mesjid
Nanti beliau yang salurkan kepada yang berhak
Dari dulu sampai sekaranggg
Kalau biasa yang kulakukan itu yang menukar uang dengan beras, jadi setiap jiwa dapat 1 karung beras, tapi kadang juga dititipin berasnya di penampungan gitu biar dibagikan saat ada kumpul" gitu.
BalasHapusSekarang musim yg lewat daring deh
BalasHapuskalo saya membayar zakatnya pake beras Bang, langsung saya serahin ke badan pengurus zakat, atau langsung ke tempat penerima zakatnya.
BalasHapuswah terimakasih ilmunya ya pak, semoga bisa saya lakukan dengan cara yang tepat
BalasHapusSeiring berjalannya waktu dan mengikuti kondisi saat ini, menunaikan zakat fitrah jadi lebih mudah ya karena bisa memakai sistem daring. Zakat diterima ke target langsung dan sudah dikelola secara merata, kita pun hanya tinggal transfer. Pemahaman yang cukup menarik buat saya.
BalasHapusKalo aku seringnya langsung ke orang nya yang menerima bang day, tapi pernah juga bayar ke panitia masjid. Biar mereka yang membagikan, kalo bayar duit belum pernah.
BalasHapusAlhamdulillah..mudah pembayaran zakat saat pandemik ni. Syukur.
BalasHapusBelum update lagi nih bang day, kayaknya lagi bikin acara Agustusan dulu.😃
BalasHapusudah lama gak nengok blog bang day, ternyata blm ada update an, hampir dua bulan terakhir ya..hmmm..
BalasHapusBanyak juga ya cara bayar zakat, kalau kami baru pakai cara lama, bayar di masjid hahaha.
BalasHapusCuman memang kurang praktis ya, zaman now udah bisa online :)
saya masih guna cara 'tradisional' yakni bayar melalui amil zakat hehe
BalasHapus