GfG9TpY5BSMpGSA7GUY0BSMoBY==

Slider

Perjalanan Panjang Sekotak Pempek: Sebuah Kisah Antara Palembang dan Bogor

JejakBede.online - Perjalanan Panjang Sekotak Pempek: Sebuah Kisah Antara Palembang dan Bogor

Selasa pagi itu, saya memulai perjalanan dari Palembang ke Jakarta dengan semangat seperti biasa. 

Salah satu tradisi yang biasanya  dilakukan saat bepergian adalah membawa oleh-oleh khas Palembang untuk kolega, tentunya pempek.

Bukan ngendorse ya 😁

Kali ini, salah satu kotak pempek sudah saya persiapkan khusus untuk seorang kolega di Bogor.

Namun, siapa sangka sekotak pempek ini akan menjalani perjalanan yang begitu panjang dan penuh drama?

Awal Perjalanan: Dari Palembang ke Jakarta

Segalanya dimulai dengan penerbangan saya yang, sayangnya, mengalami delay cukup lama. Saya baru tiba di Jakarta saat malam menjelang, lelah setelah perjalanan panjang. 

Sesampainya di hotel, saya langsung mengingat kotak pempek yang harus segera dikirim ke Bogor. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, jadi saya mulai mencari jasa kurir yang bisa melakukan pickup langsung dari hotel.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya saya menemukan satu jasa kurir yang menerima pengiriman. Tapi ternyata mereka baru bisa menjemput paket keesokan harinya, pukul 12 siang.

Tak ada pilihan lain, pempek itu akhirnya saya titipkan ke resepsionis hotel, berharap esok hari semua berjalan lancar.



Hari Kedua: Drama Kurir yang Tak Kunjung Datang

Hari berikutnya, saya pulang dari meeting sekitar pukul 14. Saat itu saya langsung mengecek ke resepsionis, tetapi paket pempek masih ada di tempatnya. Kurir belum datang. 

Panik mulai melanda. Saya segera menghubungi customer service jasa kurir tersebut. Berbagai alasan dikemukakan—kendala teknis lah, kurir sedang penuh lah.

Belakangan, setelah menunggu lebih lama, saya iseng mencari ulasan tentang layanan mereka. Betul saja, banyak sekali ulasan buruk tentang keterlambatan dan ketidakprofesionalan mereka.

Jawaban template dari CS kurir tersebut. Sepertinya saya kapok menggunakan jasa mereka lagi

Customer service berjanji paket akan segera diambil, tapi hingga pukul 21 malam, pempek itu tetap belum berpindah tangan.

Di kepala saya hanya ada satu pertanyaan: "Bagaimana nasib pempek ini?" Saya tahu, daya tahannya hanya dua hari, dan kini sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak saya meninggalkan Palembang.


Hari Ketiga: Solusi di Tengah Kekacauan

Keesokan harinya, kolega saya di Bogor menyarankan solusi yang lebih masuk akal. Ada seorang staf dari kantor pusat di Jakarta yang akan berangkat ke Bogor sore itu.

Akhirnya, saya membawa pempek itu ke kantor pusat dan menitipkannya kepada staf tersebut.

Sepanjang hari, saya hanya bisa berharap bahwa pempek itu masih layak dikonsumsi ketika sampai di tangan kolega saya.

Perjalanan ini benar-benar menguras energi dan pikiran saya. Bayangkan, untuk mengirim sekotak pempek, ada banyak drama tak terduga😊.



Akhir Perjalanan: Sampai di Bogor

Kamis sore, akhirnya kolega saya di Bogor mengabarkan bahwa pempek sudah tiba. Saya tak tahu apakah pempek itu masih bisa dikonsumsi, tapi setidaknya misinya sampai ke tujuan.

Perjalanan panjang ini benar-benar menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya memilih jasa pengiriman yang terpercaya dan, mungkin, memperhitungkan rencana cadangan sejak awal.


Penutup: Pempek, Simbol Perjuangan

Sekotak pempek ini mungkin hanyalah makanan khas Palembang, tetapi perjalanannya menjadi simbol perjuangan saya untuk memenuhi janji kepada kolega.

Di balik semua drama ini, saya belajar banyak tentang ketelitian, kesabaran, dan pentingnya adaptasi dalam menghadapi situasi tak terduga.

Jadi, lain kali, jika Anda membawa oleh-oleh dalam perjalanan, pastikan untuk merencanakan logistiknya dengan lebih matang. Karena, siapa tahu, mungkin saja oleh-oleh itu akan menjalani "petualangan" seperti sekotak pempek saya.

0Komentar

Artikel Meta Info

Sedang memuat...

Sedang memuat...

© Copyright - Jejak Hitam Putih | Bede
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.