GfG9TpY5BSMpGSA7GUY0BSMoBY==

Slider

Bila Esok Ibu Tiada: Sebuah Film yang Mengajak Kita Merenung tentang Kasih Sayang yang Terlambat

Poster Film Bila Esok Ibu Tiada, kisah yang ,mengajak kita merenungi tentang kasih sayang yang terlambat
Gambar: https://www.gramedia.com
Review Film Bila Esok Ibu Tiada: Sebuah Film yang Mengajak Kita Merenung tentang Kasih Sayang yang Terlambat

Film Bila Esok Ibu Tiada mengajak kita untuk merenung tentang pentingnya menghargai orang yang kita cintai, khususnya ibu, yang sering kali menjadi pilar keluarga. 

Saya menonton film ini di Bioskop CGV PTC Mall, Palembang, bersama istri dan putri kecil saya. Seperti yang mungkin bisa kalian bayangkan, kami semua tak mampu menahan air mata. 

Bahkan meskipun putri kecil kami belum sepenuhnya mengerti jalan ceritanya, ia ikut terbawa emosi, menangis dan terus bertanya-tanya sepanjang film.

Bila Esok Ibu Tiada bercerita tentang sebuah keluarga yang terpecah karena kesibukan dan ego masing-masing anggotanya.

Sosok ibu, yang diperankan dengan penuh kelembutan oleh Christine Hakim, telah lama menjadi satu-satunya pilar keluarga setelah sang suami meninggal.

Namun, anak-anaknya yang telah dewasa dan sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing mulai terabaikan dan bahkan lupa pada momen penting, seperti ulang tahun ibunya.


Konflik yang Memecah Keluarga

Keempat anak ibu, yang diperankan oleh Fedi Nuril, Adinia Wirasti, Amanda Manopo, dan Yasmin Napper, menggambarkan sebuah keluarga urban yang terpecah. 

Mereka terjebak dalam konflik internal, saling memperdebatkan siapa yang lebih banyak berkontribusi dalam mengurus ibu dan rumah. 

Karakter-karakter ini mencerminkan banyak keluarga modern yang sering kali terlarut dalam kesibukan pribadi, tanpa sadar menyakiti orang-orang yang mereka cintai.

Namun, di balik konflik tersebut, tersembunyi sebuah rahasia besar yang menambah ketegangan cerita: kondisi kesehatan ibu yang semakin menurun. 

Ibu memilih untuk menanggung rasa sakitnya seorang diri, takut menjadi beban bagi anak-anaknya yang terperangkap dalam ambisi dan ego masing-masing. 

Kepergian ibu yang mendadak tanpa pamit untuk mengunjungi makam suaminya mengarah pada puncak cerita yang penuh penyesalan.



Filosofi Kintsugi yang Menguatkan Cerita

Film ini tak hanya menghadirkan cerita yang penuh dengan emosi, tetapi juga menyisipkan filosofi kintsugi dari Jepang, seni memperbaiki keramik yang retak dengan emas.

Filosofi ini menggambarkan bagaimana luka dan pecahan dalam hubungan keluarga dapat menjadi bagian dari keindahan baru yang lebih kuat.

Setelah kepergian ibu, keluarga ini harus merajut kembali hubungan yang telah lama retak. Inilah momen di mana mereka menyadari betapa berharganya dukungan dan kasih sayang satu sama lain, meskipun semuanya datang terlambat.


Kesedihan yang Mengingatkan Kita untuk Lebih Menghargai

Bagi saya, film ini bukan hanya soal kehilangan ibu, tetapi tentang kesadaran yang datang terlambat. Banyak orang yang baru menyadari betapa berharganya seseorang setelah mereka pergi. 

Ini juga yang membuat film ini sangat relevan dengan kehidupan kita. Tak hanya sebagai cerita tentang keluarga, Bila Esok Ibu Tiada adalah cermin bagi kita untuk lebih menghargai setiap momen yang kita miliki bersama orang-orang terdekat kita, sebelum semuanya terlambat.

Sutradara Rudi Soedjarwo berhasil menggambarkan sisi emosional yang mendalam dalam film ini, terutama ketika momen penyesalan dan kehilangan semakin terasa.

Naskah yang diadaptasi dari novel Nagiga Nuy Ayati ini mengangkat isu universal tentang keluarga, pengorbanan, dan kesadaran yang datang terlambat.
 


Film Bila Esok Ibu Tiada telah tayang di bioskop sejak 14 November 2024. 

Jika kalian ingin merasakan pengalaman emosional yang mendalam, film ini wajib ditonton. Mungkin, seperti kami, kalian juga akan merasa tergerak untuk lebih menghargai orang-orang yang Anda cintai.

16Komentar

  1. kalo pemerannya Christine Hakim, pasti mengharukan nih :( belum siap nontonnya, takut nangis kejer di bioskop huaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, bener banget, kalau Christine Hakim yang main, siap-siap tisu segulung! Tapi nonton deh kalau udah siap, film ini memang menguras emosi tapi juga bikin kita lebih menghargai waktu sama orang tersayang.

      Hapus
  2. kita, manusia memang selalu begitu......
    setelah tiada, baru terasa kehilangan......

    BalasHapus
  3. Anak sulungku juga ngajakin untuk nonton ini tapi aku belum siap krn mengingat kembali kepergian ibu dulu xixixi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, pasti berat ya kalau jadi keinget momen kehilangan. Tapi kalau nonton sama anak sulung, mungkin bisa jadi momen healing bareng, lho. Pelan-pelan aja, Mbak 😊.

      Hapus
  4. Aku baca spoiler aja mas😅. Ga bakal bisa nonton yg begini. Pasti mewek lama. Jadi drpd ngaruh ke mood, swing ga jelas sampe beberapa hari, mending baca spoiler 😂. Adikku yg cowo dah nonton, dan dia nangis sampe ngabisin tisu🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, baca spoiler dulu biar aman ya, Mbak! 😂 Tapi emang ini tipikal film yang bisa bikin mood kacau, jadi aku paham banget strategimu. Salut juga sama adikmu, nangis sampe tisu habis tuh dedikasi! 😅

      Hapus
  5. saya sih g brani nonton film tema begini
    soalnya pasti mewek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajar sih, temanya memang berat. Tapi kalau suatu saat siap nonton, aku yakin ini bakal jadi pengalaman yang mengesankan, Rezky. Siapin mental dan tisu dulu aja!

      Hapus
  6. Wah..emang betul banget sih...dulu almarhum ibu saya sempet sakit parah...selama empat bulan bulak balik masuk rumah sakit dan di rawat disana, sebagai anak yang paling dekat rumahnya dengan ibu karena saya satu kota dengannya, kerasa banget gimana ibu berjuang dengan sakitnya, walau akhirnya Allah berkehendak lain...sekarang ibu sudah tenang di sana, sudah 2 th meninggalkan kami, anak"nya .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih udah berbagi cerita, ya. Pasti berat banget pengalaman itu, tapi aku yakin ibu bangga banget sama perjuanganmu merawatnya. Film ini mungkin bisa jadi pengingat indah tentang kasih sayang ibu. Semoga beliau selalu tenang di sana.

      Hapus
  7. Wah belum sempat nonton ini di Bisokop Bang, di sini hujan terus hehehe... Aku lihat tarilernya menarik. Sepertinya konflik emosional antar anak gitu ya terus ditengai ibunya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul banget, konflik anak-anak yang saling "menyalahkan" itu bikin greget, apalagi ibunya jadi pusat semuanya. Kalau udah cerah, sempetin nonton ya, Mas Ditya, film ini layak banget buat ditonton.

      Hapus
  8. Saya nunggu filmnya rilis di situs nonton film gratis aja..hihihi.

    Kalau sudah tiada baru merasakan kehilangan menurut saya itu hal yang biasa tapi akan menjadi luar biasa bila masih ada sudah merasa kehilangan.

    BalasHapus
  9. Hahaha, strategi hemat nih, Mas Hermansyah! Tapi iya, poinmu benar banget. Merasa kehilangan saat masih ada itu anugerah tersendiri, karena kita bisa memperbaiki atau mengekspresikan rasa sayang sebelum terlambat.

    BalasHapus
  10. Saya nonton trailernya aja mewek, ini related banget dengan banyak orang saat ini. Karakter-karakter yang diperankan sebagai anak itu.
    Jangankan 4 bersaudara, saya 2 bersaudara aja kacau balau, apalagi setelah bapak nggak ada, dan mama nggak bisa jadi penengah dengan baik.
    Kalau saya nonton keknya mewek maksimal ini

    BalasHapus

Silahkan memberi komentar sesuai isi artikel yah. Mohon maaf spam dan link aktif akan dihapus. Terima kasih sobat...👍👍👍

Artikel Meta Info

Sedang memuat...

Sedang memuat...

© Copyright - Jejak Hitam Putih | Bede
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.